Senin, 27 April 2015

ARISTOTELES

Aristoteles
Aristoteles lahir di Stagira, kota wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia Tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Usia 17 tahun, Aristoteles bergabung menjadi murid Plato. Belakangan ini meningkat menjadi guru di Akademi Plato selama 20 tahun di Athena. Aristoteles meninggalkan Akademi tersebut setelah Plato meninggal dunia dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan Alexander, ia mendirikan akedeminya sendiri yang diberi nama Lyceum, dipimpinnya sampai tahun 323 SM.
Filsafat Aristoteles berkembang pada waktu ia memimpin Lyceum, yang mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang metafisika, fisika, etika, politik, kedokteran, dan ilmu alam.
Minat-minat Aritoteles tentang meliputi bidang alamiah dan manusia, termasuk didalamnya etika dan metafisika. Ia merupakan filsuf terkemuka dan terbesar. Asumsi ini dibuktikan berabad-abad melampaui zamannya. Sehingga tulisan-tulisannya merupakan basis filsafat alamiah hingga abad ke-17. Meskipun tetap terhindarkan adanya kesalahpahaman dan tulisannya pernah digunakan untuk menyusun dogma yang steril. Perbedaan pandangan dirinya dan Plato diawali oleh soal-soal mendasar.
Aritoteles menyatakan kritik tajam terhadap pandangan Plato mengenai konsep idea-idea. Ia bahkan menawarkan konsep baru yang kemudian hari dinamakan hilemorfisme sebagai alternatif bagi ajaran Plato mengenai idea-idea. Namun Aristoteles tetap berhutang budi kepada Plato.
Di bidang ilmu alam, dia orang pertama mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis, menggambarkan analisis kritis dan pencarian hukum alam dan keseimbangan pada alam. Dalam logika, Aritoteles cenderung dengan sistem berpikir deduktif. Dalam penelitian ilmiah menyadari pula pentingnya observasi, eksprimen dan berpikir induktif. Di bidang politik, bentuk politik ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarkhi.
Pemikiran Aritoteles sangat berpengaruh pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Abad pertengahan, Aristoteles tidak hanya dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master of those who know", sebagaimana kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri.
Aristoteles menganggap idea-idea manusia bukan sebagai kenyataan. Jika Plato beranggapan bahwa hanya idea-idealah yang tidak dapat berubah. Aristoteles justru mengatakan bahwa yang tidak dapat berubah (tetap) adalah benda-benda jasmani itu sendiri. Benda jasmani oleh Aristoteles diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu bentuk dan materi. Bentuk adalah wujud suatu hal, materi adalah bahan untuk membuat bentuk tersebut. Dengan kata lain, bentuk dan materi adalah suatu kesatuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar