Faktanya kehidupan ekonominya
meningkat drastis. Orang mengatakan mereka kaya mendadak. Sejatinya mereka juga
melalui proses perjuangan dan proses itu tidaklah pernah terlihat. Tiap hari
kita menyaksikan pegawai, tenaga pendidik, pengusaha, tukang ojek, tukang
bentor, petani beraktifitas mencari penghidupan. Sementara kesehariannya mereka
terlihat lebih banyak santai tanpa pekerjaan alias nganggur.
Tidak dapat dipungkiri dibalik itu ada
resiko yang selalu ada didepan mata. Resiko berurusan dengan aparat keamanan
aparat penegak hukum sampai pada ranah menikmati ruang yang jauh dari keluarga,
kawan. Kehidupan terisolasi karena tidak ada interaksi dengan masyarakat luar.
Sampai pada urusan dengan Sang Pencipta.
Passobis itu sebutannya, profesi
sebagai penipu via telepon/sms. Penipuan dengan jaringan professional dan
memiliki keahlian komunikasi yang handal terhadap korban. Pola penipuan
memanfaatkan kondisi psikologis. Penipu mampu mengendalikan korban melalui
retorika yang membuat korban semakin percaya, ada tekanan waktu dan mengisolasi
komunikasi korban dengan keluarga dan orang lain.
Beragam modus baik melaui Short
Message Service (SMS) atau telepon langsung. Seperti memberikan kabar ada
anggota keluarga kecelakaan dan harus segera dioperasi, info menang undian /
mendapat hadiah dari perusahaan ternama, penghipnotisan. Satu tujuan
mendapatkan materi yang banyak dari korbannya baik berupa voucher isi ulang
maupun bentuk uang.
Kerja cantik dan professional dikenal kerja
tim, berkelompok dan terdapat pembagian tugas. Ada bertugas mengirimkan Short Message Service
(SMS) kepada calon korban, bertugas berbicara langsung dengan calon korban, bertugas
mengambil uang di bank/mesin ATM jika sudah gol. Pembagian hasil sesuai
kesepakatan yang telah dibicarakan sebelum menjalankan aksinya. Seharinya
mengirim ratusan bahkan ribuan sms ke calon korban. Mereka juga bisa disebut
pegawai harian jika keberuntungan datang padanya. Ada saja yang jadi korban.
Mengenali kerjanya melalui ciri ada
permintaan ke ATM, mentransfer sejumlah uang atau meminta membeli sejumlah
voucher isi ulang, terdapat tekanan waktu batasan dalam mendapatkan hadiah
tersebut dan komunikasi terisolasi dengan orang lain. Menghindari sangat mudah
jangan bangun komunikasi. Sekali membuka peluang komunikasi maka semakin
membuka peluang tertipu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar