Senin, 13 Februari 2012

MEMAHAMI NILAI LUHUR BUDAYA LOKAL WAJO

MEMAHAMI NILAI LUHUR BUDAYA LOKAL WAJO
“Maradeka Towajoe Adenami Napopuang”
Maradeka towajoe, najajiang alena maradeka, tanaemi ata naia tau makketanae maradeka maneng, ade assamaturusennami napopuang”.
Artinya :
Orang-orang Wajo, adalah orang merdeka, mereka merdeka sejak dilahirkan, hanya negeri mereka yang abdi, sedangkan si pemilik negeri (rakyat) merdeka semua dan hanya hukum adat yang disetuji bersama yang mereka pertuan.
Kebesaran dan kemuliaan Tana Wajo disebutkan dalam Lontarak :
Makkedatoi arung saotanre petta to taba’ la tiringeng : ”naia parajaiengngi wajo’, bicara malempu’e namagetteng ri ade’ mappuraonrona, namasse’ ri ade’ ammaradekangenna ia tona pasiamasengnge taue ri lalempanua, pasio’daningnge tau temmasseajingngeng, nassekitoi asseajingenna tanae. Napoalie’-birettoi to wajo’e maradekae, naiatosi napoasalamakengnge to wajo’e mapaccinna atinna namalempu’, namatike’, namatutu, nametau’ ri dewata seauae, namasiri’ ripadanna tau. Latonaro kuae paccolli’i pa’daungngi wajo’, pattakkei, pappalepangngi, papparanga-rangai, nalorong lao orai’, lao alau’, lao maninag, lao manorang, matereng raunna macekke’ riannaungi ri to wajo’e”.

Artinya:
Berkata pula Arung Saotanre Tuan Kita To Taba’ La Tiringeng: ”Yang membesarkan Wajo, ialah peradilan yang jujur, getang pada adat tetapnya dan teguh pada adat kebesarannya. Itu pula yang menyebabkan orang-orang saling mengasihi di dalam negeri, saling merindui orang-orang yang tidak bersanak dan mengukuhkan persahabatan negeri. Menjadikan pula orang-orang Wajo mulia karena kebebasannya. Yang menyelamatkan orang-orang Wajo, ialah ketulusan hatinya dan kejujurannya lagi waspada, berhati-hati, takut kepada Dewata Yang Esa dan menghargai harkat sesamanya manusia. Yang demikian itulah yang memutikkan dan mendaunkan Wajo, menangkaikan dan memelepahkan serta melebarkannya, menjalar ke barat, timur, selatan dan ke utara, rimbun dan dingin daunnya dinaungi oleh orang-orang Wajo”.
Abidin Abidin menyatakan bahwa nilai lokal yang unggul yang dimiliki oleh orang Wajo dalam kesejarahannya adalah “demokratisasi”. Letak keunggulannya dan relevansinya dengan nilai kini adalah adanya kata maradeka, yang sekarang diindonesiakan menjadi merdeka yang artinya bebas. Jadi kata merdeka itu diserap dari Wajo bila ada orang sastra (dari fakultas Sastra) yang mencoba menelusurinya. Ada empat nilai unggul dari kata mardeka towajoe, tanaemi ata, naiyya taumakketanae maradeka maneng, ade assamaturusengmi napopuang adalah (1) HAM, (2) pelayanan publik, (3) penegakan hukum, (4) demokratisasi (Arifin, 2010:213).
Analisis beberapa nilai sejarah lokal Wajo ditinjau dalam lintasan sejarah asal mula Wajo dan relevansinya dengan tuntutan demokrasi (perubahan sosial politik)

No
Uraian
Analisis
Relevansi Nilai Lokal
1
Tana Wajo diawali oleh integrasi manusia biasa yang diberi gelar Puangnge ri Lampulungngeng dalam kondisi damai, bebas (merdeka). Masyarakat memiliki kontrak social tertulis dan jelas yakni member kemerdekaan pada orang Wajo, dan pemerintah tidak boleh sewenang-wenang.
Kedaulatan rakyat sangatr dijunjung tinggi (pemerintah milik rakyat dan untuk rakyat).
Mengembalikan hak pemeritahan ke tangan rakyat.
2
Pengangkatan pemimpin pemerintahan didasari atas kompetensi (keahlian, kecerdasan, kearifan dan kebijaksanaan). Jika pemimpin meninggal dan tidak ada yang pantas memimpin maka orang Wajo lebih baik tidak memiliki pemimpin (maradeka)
Tidak ditemukan system pewarisan pemerintahan/kepemimpinan.
Tidak membenarkan system pewarisan melainkan dengan prinsip kompetensi.
3
Penyelesaian masalah pemerintahan selalu dilakukan melalui musyawarah (sipetangngareng) atau melalui pemungutan suara.
Keterlibatan semua pihak sangat menentukan jalannya pemerintahan.
Menuntut keterlibatan semua pihak (stake holders)
4
Pemerintahan dijalankan melalui system dewan 40 raja yang diangkat, dan dibagi habis melalui pembagian jabatan yang professional berdasarkan kompetensi.
Memiliki system pemerintahan modern, dengan pembagian tugas yang jelas (deviding of the jobs), dilengkapi dengan struktur (hierarchi) dan role and regulation berdasarkan knowledge, skill dan experience.
Pemerintahan modern, dengan pembagian tugas yang jelas (deviding of the jobs), dilengkapi dengan struktur (hierarchi) dan role and regulation berdasarkan knowledge, skill dan experience.
Beberapa pandangan hidup orang Wajo yaitu:
a. Molawi ada naparapi (cakap mengikuti pembicaraan).
b. Duppai ada Napasau (cakap menyambut pembicaraan dan mengatasinya).
c. Matui ada nasitinaja (cakap menyusuri pembicaraan yang terarah).
d. Taroi gau ri akkuanna-e (berbicara yang patut).
e. Aja mumaelo natunai sekke, naburukiko labo (jangan pernah terhina dengan sifat kikir, dan hancur oleh sifat boros).
f. Resopa natinulu natemmangingngi, malomo naletei pammase Dewata Seuwae (kerja keras, rajin dan ulet adalah jembatan menuju keridhaan Allah).
g. Tellu ampikalena To Wajo’e : tau-e ri Dewatae, siri’e ri Tau’e, siri’e ri watakkale (tiga prinsip hidup orang Wajo yaitu : takwa kepada Allah, hormat pada orang lain, dan hormat pada diri sendiri).
h. Maradeka To Wajo-e, najajiang alena maradeka, napoada adanna, napobbicara bicaranna, napogau gau’na, ade assamaturusennami napopuang (orang Wajo dilahirkan dengan merdeka, bebas berespresi, bebas berbicara dan menyatakan pendapat, bebas berbuat, dan menjunjung hukum yang berdasarkan permusyawaratan).
i. Madecengngi ripangaro risaliweng jonge’na bubuna Wajo. Maupe ammani Wajo nawerengngi Dewata Seuwa-e na engkka baliwanuata muttamaiwi Taala paddaire pabbumpumpanua, napoarajangngi tanata napolebirengngi tapoasogirengi (lebih baik negeri kita buka lebar-lebar siapa tahu Dewata yang Esa merestui kita, ada orang masuk untuk menambah kebesaran negeri kita. Menjadikan besar negeri kita, serta memperkaya).
Petuah-petuah tersebut memberi cerminan yang berarti tentang sifat-sifat orang Wajo yang cerdas, cakap, dan memiliki budaya mendengar, memecahkan masalah dengan tenang, tidak sombong, hemat, percaya terhadap ke Esahan Allah, taat beragama, mudah beradaptasi, memiliki etos kerja, ramah-tamah, terbuka pada siapa pun saja, termasuk pendatang dari negeri lain. Konsep tersebut membawa serta arti yang besar terhadap segala aspek yakni, aspek sosial, ekonomi, budaya, maupun politiknya.
Sumber: Arifin, Indar. 2010. Birokrasi Pemerintahan dan Perubahan Sosial Politik. Makassar: IKAPI.
www.rappang.com/2009/12/wajo.html

1 komentar: