Senin, 20 Juli 2015

Aguste Comte: Pemikiran tentang perbedaan budaya dan masyarakat

Hasil gambar untuk budaya dan masyarakat zaman auguste comte
Aguste Comte
SosiologiUntukIndonesia.blogspot.com ----Comte melihat masyarakat sebagai suatu keseluruhan organik yang kenyataannya lebih daripada sekedar jumlah bagian-bagian yang saling tergantung, tetapi untuk mengerti kenyataan ini, metode penelitian empiris harus digunakan dengan keyakinan bahwa masyarakat merupakan suatu bagian dari alam seperti halnya gejala fisik. Andreski berpendapat, pendirian Comte bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dan bahwa memperoleh pengetahuan tentang masyarakat menurut penggunaan metode-metode empiris dari ilmu-ilmu alam lainnya. Merupakan sumbangan yang tak terhingga nilainya terhadap perkembangan sosiologi.
Comte dengan hokum tiga tahapnya merupakan usaha Comte untuk menjelaskan kemajuan evolusioner umat manusia dari masa primitive sampai ke peradaban Perancis abad kesembilanbelas yang sangat maju. Hukum itu menyatakan bahwa masyarakat-masyarakat (umat manusia) berkembang melalui tiga tahap utama yang ditentukan menurut cara berfikir dominan: teologis, metafisik, dan positif.
Comte menjelaskan hukum tiga tahap sebagai berikut: dari studi perkembangan mengenai intelegensi manusia, disegala penjuru dan melalui segala zaman, penemuan muncul dari suatu hukum dasar yang besar, … inilah hukumnya: - bahwa setiap konsepsi kita yang paling maju - setiap cabang pengetahuan kita – berturut-turut melewati tiga kondisi teoritis yang berbeda: teologis atau fiktif, metafisik atau abstrak, ilmiah atau positif. Pikiran manusia menggunakan tiga metode berfilsafat yang karakternya sangat berbeda dan malah sangat bertentangan. Pertama merupakan titik tolak yang harus ada dalam pemahaman manusia. Kedua merupakan keadaan peralihan dan Ketiga merupakan pemahaman dalam keadaannya pasti dan tak tergoyahkan.
Dalam fase teologis, akal budi manusia, yang mencari kodrat dasar manusia, yakni sebab pertama dan sebab akhir (asal dan tujuan) dari segala akibat (semua gejala dihasilkan oleh tindakan langsung dari hal-hal supernatural). Dalam fase metafisik, dimana akal budi mengandaikan bukan hal supernatural melainkan kekuatan-kekuatan abstrak, hal-hal yang benar-benar nyata melekat pada semua benda (abstraksi-abstraksi yang diprsonifikasikan), dan yang mampu menghasilkan semua gejala …… Dalam fase positif, akal budi sudah meninggalkan pencarian yang sia-sia terhadap pengertian-pengertian absolute, asal dan tujuan alam semesta, serta sebab-sebab gejala dan memusatkan perhatiannya pada studi tentang hukum-hukumnya-yakni hubungan-hubungan urutan dan persamaannya yang tidak berubah. Penalaran dan pengamatan, digabungkan secara tepat, merupakan sarana dan pengetahuan ini.
Dalam perkembangannya, Comte mulai khawatir akan terjadinyakehancuran basis untuk kemajuan yang mantap. Untuk mengatasi masalah dan tetap mempertahankan keteraturan sosial, dimana Comte kembali melihat sejarah dan dia mengakui agama sebagai tonggak keteraturan sosial karena agama merupakan dasar “consensus universal’ dalam masyarakat dan agama juga mendorong identifikasi emosional individu dan meningkatkan altruism. Akhirnya, Comte mendirikan suatu agama baru yakni agama humanitas yang dianggap dapat mengatasi masalah tersebut.
Pandangan Comte mengenai transisi dari masyarakat militer ke industry sudah jelas mengandung implikasi perubahan dalam kebudayaan materil. Terutama munculnya industrialism tergantung pada kemajuan teknologi, dan kemajuan dalam teknologi mencerminkan perubahan dalam kebuadayaan materil. Dimana Sorokin juga menyinggung kemajuan teknologi dan melimpahnya materi secara meningkat yang mungkin dihasilkannya. Sorokin memandang kebudayaan materil sebagai wahana perwujudan mentalitas budaya non materil. Berarti bahwa analisa tentang kebudayaan materil berkisar pada arti-arti budaya yang disimbolkan atau diwujudkan dalam bentuk-bentuk materil, seperti karya-karya seni dan arsitektur. Jelasnya bahwa Comte dan Sorokin melihat kebudayaan materil sebagai sesuatu yang bergantung pada kebudayaan non materil.


Sumber bacaan: Teori Sosiologi Klasik&Modern. Paul Johnson, Doyle. 1986.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar